Apa sebenarnya yang disebut dengan kepribadian ganda? Istilah ini sering kita dengar, bahkan mungkin seringkali digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, tahukah kamu bahwa istilah "kepribadian ganda" sebenarnya kurang tepat dan lebih dikenal dengan istilah gangguan identitas disosiatif atau dissociative identity disorder (DID)? Mari kita bahas lebih dalam mengenai kondisi kompleks ini.

    Apa Itu Gangguan Identitas Disosiatif (DID)?

    Gangguan identitas disosiatif, atau yang dulunya dikenal sebagai kepribadian ganda, adalah kondisi mental yang kompleks di mana seseorang memiliki dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda. Identitas-identitas ini secara bergantian mengendalikan perilaku, pikiran, dan perasaan individu tersebut. Setiap identitas (yang sering disebut sebagai alter) memiliki pola pikir, perasaan, perilaku, ingatan, dan bahkan suara yang berbeda-beda. Perbedaan ini bisa sangat mencolok, seolah-olah ada beberapa orang yang berbeda dalam satu tubuh.

    Penting untuk dipahami bahwa DID bukanlah sekadar perubahan suasana hati atau perilaku yang biasa. Ini adalah kondisi yang jauh lebih kompleks dan mendalam, yang seringkali disebabkan oleh trauma berat di masa kecil. Trauma ini bisa berupa kekerasan fisik, seksual, atau emosional yang ekstrem. Sebagai mekanisme pertahanan, pikiran bawah sadar individu tersebut menciptakan identitas-identitas yang berbeda untuk mengatasi pengalaman traumatis tersebut. Setiap alter mungkin memiliki peran atau fungsi yang berbeda, misalnya satu alter mungkin bertugas untuk merasakan dan mengekspresikan kemarahan, sementara alter lainnya bertugas untuk melindungi diri dari bahaya.

    Gejala DID bisa sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Beberapa orang mungkin mengalami amnesia atau kehilangan ingatan tentang peristiwa-peristiwa tertentu, sementara yang lain mungkin mengalami depersonalisasi (merasa seperti berada di luar tubuh mereka sendiri) atau derealisasi (merasa bahwa dunia di sekitar mereka tidak nyata). Beberapa orang mungkin juga mengalami halusinasi atau mendengar suara-suara yang tidak nyata. Gejala-gejala ini bisa sangat mengganggu dan menyulitkan individu tersebut untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, individu dengan DID seringkali mengalami masalah kesehatan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, dan gangguan tidur. Mereka juga lebih berisiko untuk melakukan percobaan bunuh diri.

    Diagnosis DID biasanya ditegakkan oleh seorang profesional kesehatan mental melalui wawancara yang mendalam dan evaluasi psikologis. Tidak ada tes darah atau pemindaian otak yang dapat mendiagnosis DID. Proses diagnosis bisa memakan waktu, karena gejala DID seringkali mirip dengan gejala gangguan mental lainnya. Kriteria diagnosis DID menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) meliputi:

    • Adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda.
    • Setidaknya dua dari identitas-identitas ini secara berulang mengambil alih kendali perilaku individu tersebut.
    • Adanya amnesia atau kesulitan mengingat informasi pribadi yang penting.
    • Gejala-gejala tersebut menyebabkan gangguan yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau bidang kehidupan lainnya.
    • Gejala-gejala tersebut bukan merupakan bagian dari praktik budaya atau agama yang diterima secara luas.
    • Gejala-gejala tersebut bukan disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, alkohol atau obat-obatan) atau kondisi medis umum.

    Pengobatan DID biasanya melibatkan psikoterapi atau terapi bicara. Tujuan dari terapi adalah untuk membantu individu tersebut mengintegrasikan identitas-identitas mereka yang berbeda menjadi satu identitas yang utuh. Terapi juga dapat membantu individu tersebut untuk mengatasi trauma masa lalu mereka dan mengembangkan mekanisme koping yang sehat. Beberapa jenis terapi yang umum digunakan untuk mengobati DID meliputi terapi kognitif perilaku (CBT), terapi dialektika perilaku (DBT), dan terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing). Dalam beberapa kasus, obat-obatan seperti antidepresan atau antipsikotik dapat digunakan untuk membantu mengatasi gejala-gejala seperti depresi, kecemasan, atau halusinasi. Penting untuk dicatat bahwa pengobatan DID adalah proses yang panjang dan sulit, dan tidak ada jaminan bahwa individu tersebut akan sembuh sepenuhnya. Namun, dengan pengobatan yang tepat, banyak individu dengan DID dapat menjalani kehidupan yang lebih stabil dan produktif.

    Perbedaan Antara DID dan Skizofrenia

    Seringkali, gangguan identitas disosiatif (DID) dan skizofrenia sering disalahpahami dan dianggap sebagai kondisi yang sama. Padahal, keduanya adalah gangguan mental yang berbeda dengan gejala dan penyebab yang berbeda pula. Penting untuk memahami perbedaan mendasar antara keduanya agar tidak terjadi kesalahpahaman.

    Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak. Gejala utama skizofrenia meliputi halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata), delusi (keyakinan yang salah dan tidak rasional), gangguan pikiran (kesulitan berpikir jernih dan logis), dan perilaku yang tidak terorganisir. Individu dengan skizofrenia juga seringkali mengalami penurunan motivasi, kesulitan mengekspresikan emosi, dan menarik diri dari pergaulan sosial. Penyebab skizofrenia belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini melibatkan kombinasi faktor genetik, biologis, dan lingkungan.

    Perbedaan utama antara DID dan skizofrenia terletak pada adanya identitas yang berbeda. Pada DID, individu memiliki dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda, yang secara bergantian mengendalikan perilaku mereka. Sementara itu, pada skizofrenia, individu tidak memiliki identitas yang berbeda. Mereka mungkin mengalami halusinasi atau delusi, tetapi mereka tetap memiliki satu identitas tunggal. Selain itu, penyebab DID biasanya adalah trauma masa kecil yang berat, sementara penyebab skizofrenia lebih kompleks dan melibatkan faktor genetik dan biologis.

    Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah tabel yang merangkum perbedaan utama antara DID dan skizofrenia:

    Fitur Gangguan Identitas Disosiatif (DID) Skizofrenia
    Identitas Dua atau lebih identitas berbeda Satu identitas tunggal
    Halusinasi Mungkin ada, tetapi tidak selalu Sering terjadi
    Delusi Mungkin ada, tetapi tidak selalu Sering terjadi
    Penyebab Trauma masa kecil yang berat Faktor genetik, biologis, lingkungan
    Pengobatan Psikoterapi Obat-obatan, psikoterapi

    Penting untuk diingat bahwa baik DID maupun skizofrenia adalah kondisi yang serius dan membutuhkan penanganan profesional. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala-gejala yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

    Mitos dan Fakta Seputar Kepribadian Ganda (DID)

    Banyak mitos dan kesalahpahaman yang beredar di masyarakat tentang gangguan identitas disosiatif (DID), atau yang dulu dikenal sebagai kepribadian ganda. Mitos-mitos ini seringkali berasal dari penggambaran DID yang tidak akurat dalam film dan televisi. Mari kita luruskan beberapa mitos yang umum dan mengungkap fakta sebenarnya.

    Mitos 1: Orang dengan DID berbahaya dan cenderung melakukan kekerasan.

    Fakta: Ini adalah salah satu mitos yang paling merugikan dan tidak benar. Individu dengan DID sebenarnya lebih berisiko menjadi korban kekerasan daripada menjadi pelaku kekerasan. Trauma masa kecil yang seringkali menjadi penyebab DID dapat membuat mereka rentan terhadap eksploitasi dan penyalahgunaan. Meskipun beberapa alter mungkin memiliki kecenderungan untuk marah atau impulsif, hal ini tidak berarti bahwa individu tersebut secara keseluruhan berbahaya.

    Mitos 2: DID hanyalah pura-pura atau cara untuk mencari perhatian.

    Fakta: DID adalah gangguan mental yang nyata dan serius, yang disebabkan oleh trauma berat. Ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau dipalsukan. Individu dengan DID seringkali merasa malu dan berusaha menyembunyikan gejala-gejala mereka, karena takut dihakimi atau tidak dipercaya. Menganggap DID sebagai pura-pura adalah tindakan yang meremehkan penderitaan mereka dan dapat menghambat mereka untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan.

    Mitos 3: Semua orang dengan DID tahu bahwa mereka memiliki alter.

    Fakta: Beberapa individu dengan DID mungkin tidak menyadari keberadaan alter mereka. Mereka mungkin hanya mengalami amnesia atau kehilangan ingatan tentang peristiwa-peristiwa tertentu, atau merasa seperti ada "waktu yang hilang" dalam hidup mereka. Dalam kasus lain, satu alter mungkin menyadari keberadaan alter lainnya, sementara alter lainnya tidak. Kesadaran akan alter dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain.

    Mitos 4: DID dapat disembuhkan dengan mudah melalui hipnosis atau terapi singkat.

    Fakta: Pengobatan DID adalah proses yang panjang dan sulit, yang membutuhkan psikoterapi yang intensif dan berkelanjutan. Hipnosis dapat digunakan sebagai alat bantu dalam terapi, tetapi bukanlah pengobatan utama. Terapi singkat mungkin tidak efektif karena membutuhkan waktu bagi individu dengan DID untuk membangun kepercayaan dengan terapis mereka dan mengatasi trauma masa lalu mereka. Tujuan dari terapi adalah untuk membantu individu tersebut mengintegrasikan alter mereka menjadi satu identitas yang utuh, yang membutuhkan waktu dan kesabaran.

    Mitos 5: DID sangat jarang terjadi.

    Fakta: DID mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya. Karena gejalanya seringkali mirip dengan gangguan mental lainnya, DID seringkali salah didiagnosis atau tidak terdiagnosis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa DID dapat mempengaruhi sekitar 1-3% dari populasi umum. Dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman tentang DID, diharapkan lebih banyak orang yang akan mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

    Dengan memahami fakta sebenarnya tentang DID, kita dapat menghilangkan stigma dan kesalahpahaman yang selama ini melekat pada gangguan mental ini. Hal ini dapat membantu individu dengan DID untuk merasa lebih diterima dan didukung, serta mendorong mereka untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan.

    Kesimpulan

    Gangguan identitas disosiatif (DID), yang dulu dikenal sebagai kepribadian ganda, adalah kondisi mental yang kompleks dan serius yang seringkali disebabkan oleh trauma masa kecil yang berat. Kondisi ini ditandai dengan adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda, yang secara bergantian mengendalikan perilaku individu tersebut. DID berbeda dengan skizofrenia, meskipun keduanya seringkali disalahpahami. Pengobatan DID biasanya melibatkan psikoterapi yang intensif dan berkelanjutan, dengan tujuan untuk membantu individu tersebut mengintegrasikan alter mereka menjadi satu identitas yang utuh.

    Penting untuk diingat bahwa DID bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau dipalsukan. Individu dengan DID seringkali mengalami penderitaan yang mendalam dan membutuhkan dukungan dan pemahaman dari orang-orang di sekitar mereka. Dengan menghilangkan stigma dan kesalahpahaman tentang DID, kita dapat membantu mereka untuk merasa lebih diterima dan didukung, serta mendorong mereka untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala-gejala yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.